Secara geografis, Gunung Argopuro termasuk Cagar Alam Dataran Tinggi Iyang seluas 15.000 ha, terletak di sebelah utara Jember dan barat daya Bondowoso, Jawa Timur. Dari segi administratif, terbagi dalam tiga wilayah kabupaten, yaitu Probolinggo, Jember, dan Situbondo. Selain menyajikan berbagai kisah, medan pendakian Argopuro teramat unik. Menantang setiap penjelajah untuk mendakinya. Betapa tidak, tanjakan dan turunan silih berganti menyambut Anda. Sebelum puncak digapai, medan bergelombang itu seperti tiada habisnya.
Gunung Argopuro terkenal dengan kesan misterinya. Tidak seperti gunung lainnya, sewaktu mendaki gunung ini kita akan dihadapkan dengan jalan setapak yang membentang dari pinggang pegunungan yang satu kepegunungan yang lain, pendaki tidak akan segera melihat puncak Gunung Argopuro (pucak utama) dan Puncak Rengganis (puncak yang paling popular didatangi para pendaki). Gunung Argopuro dikelilingi oleh pegunungan dataran tinggi. Mendaki gunung ini perlu kekuatan fisik serta mental yang baik, karena kondisi medan yang berupa savana yang terbentang menguji kesabaran serta fisik setiap pendaki. Akan tetapi jika anda beruntung, anda bisa betemu dengan burung merak yang lumayan banyak populasinya di gunung ini. dan mengenai persediaan air, tidak perlu takut karena banyak terdapat sumber air.
Gunung Argopuro terkenal dengan kesan misterinya. Tidak seperti gunung lainnya, sewaktu mendaki gunung ini kita akan dihadapkan dengan jalan setapak yang membentang dari pinggang pegunungan yang satu kepegunungan yang lain, pendaki tidak akan segera melihat puncak Gunung Argopuro (pucak utama) dan Puncak Rengganis (puncak yang paling popular didatangi para pendaki). Gunung Argopuro dikelilingi oleh pegunungan dataran tinggi. Mendaki gunung ini perlu kekuatan fisik serta mental yang baik, karena kondisi medan yang berupa savana yang terbentang menguji kesabaran serta fisik setiap pendaki. Akan tetapi jika anda beruntung, anda bisa betemu dengan burung merak yang lumayan banyak populasinya di gunung ini. dan mengenai persediaan air, tidak perlu takut karena banyak terdapat sumber air.
Gunung Argopuro terletak di kabupaten Situbondo, kabupaten Probolinggo, kabupaten Jember dan kabupaten Bondowoso Jawa Timur membentuk pegunungan HYANG . Diantara ± 14 puncak di jajaran pegunungan HYANG, Puncak Gunung Argopuro adalah puncak yang tertinggi ( 3088 MDPL ). Memiliki berbagai jenis Fauna Endemik yang Kas. Contohnya : Lutung Merah ( Presbytis Rubicunda ), Lutung Jawa, Merak Hijau ( Pavo Mulicus ), Kijang ( Muntiacus Muntjah ), Babi hutan. Untuk mendakinya ada beberapa jalur:
>> Baderan – Besuki : Naik bus Surabaya – Situbondo/Banyuwangi turun di Besuki, naek angkot jurusan Baderan.
>> Bremi, Kab. Probolinggo : Naik Bus dari Probollinggo jurusan Pajarakan, sampai pajarakan kemudian naek angkot dari pajarakan – bremi. ( Di sarankan lewat desa Bremi karena lebih cepat)
Gunung Argopuro terkenal sangat angker, gunung ini menyimpan misteri legenda Dewi Rengganis yang hilang bersama enam dayangnya. Konon, Sang Dewi bakal marah besar kalau merasa terusik ketenangannya. Pendaki yang suka usil dan mengusik, kalau tidak kesurupan bisa jadi akan kesasar tidak karuan.Konon terdapat sebuah taman yang sangat gaib yakni Taman Rengganis, tidak semua pendaki dapat melihat taman ini. Beberapa pendaki yang pernah melihat taman ini merasa memasuki sebuah taman yang sangat inidah penuh dengan tanaman bunga dan buah. Pendaki yang mengambil atau memetik tanaman tidak akan dapat keluar taman ini, ia hanya akan berputar-putar di tempat tersebut. Untuk itu hindari merusak tanaman ataupun memindahkan sesuatu.
>> Baderan – Besuki : Naik bus Surabaya – Situbondo/Banyuwangi turun di Besuki, naek angkot jurusan Baderan.
>> Bremi, Kab. Probolinggo : Naik Bus dari Probollinggo jurusan Pajarakan, sampai pajarakan kemudian naek angkot dari pajarakan – bremi. ( Di sarankan lewat desa Bremi karena lebih cepat)
Gunung Argopuro terkenal sangat angker, gunung ini menyimpan misteri legenda Dewi Rengganis yang hilang bersama enam dayangnya. Konon, Sang Dewi bakal marah besar kalau merasa terusik ketenangannya. Pendaki yang suka usil dan mengusik, kalau tidak kesurupan bisa jadi akan kesasar tidak karuan.Konon terdapat sebuah taman yang sangat gaib yakni Taman Rengganis, tidak semua pendaki dapat melihat taman ini. Beberapa pendaki yang pernah melihat taman ini merasa memasuki sebuah taman yang sangat inidah penuh dengan tanaman bunga dan buah. Pendaki yang mengambil atau memetik tanaman tidak akan dapat keluar taman ini, ia hanya akan berputar-putar di tempat tersebut. Untuk itu hindari merusak tanaman ataupun memindahkan sesuatu.
Gunung Argopuro memiliki banyak puncak, beberapa puncaknya mempunyai struktur geologi tua dan sebagian yang lainnya lebih muda. Puncak Argopuro berada pada ketinggian 3.088 m dari permukaan laut. Gunung yang terletak diantara dua pegunungan raksasa yaitu Gn. Semeru dan Gn. Raung ini dapat kita lihat dari puncak gunung raung ataupun dari puncak Gn. semeru. Gunung yang sudah tidak aktif lagi kawahnya ini terletak di Kab. Probolinggo Jawa Timur.
Pendakian menuju puncak argopuro ini tidak seramai gunung-gunung lain di jawa timur, Pendaki yang akan mendaki ke gunung ini disarankan untuk mengerti betul teknik dan medan yang akan dilalui karena tanggung jawab keselamatan apabila terjadi musibah di gunung ini adalah menjadi milik pendaki sendiri sehingga persiapan dan kekompakkan sangat diperlukan.
Jalur yang dilalui selama perjalanan memang sudah cukup jelas tetapi harus melingkar dan naik turun beberapa bukit, waktu pendakian menuju puncak akan lebih lama. Oleh karena itu pendaki disarankan untuk memperhitungkan persediaan logistik minimal untuk keperluan 4 hari. Persediaan air bersih di gunung Argopuro ini sangat berlimpah, meskipun di musim kemarau. Mata air dapat ditemukan mulai dari kaki gunung hingga hampir puncak gunung. Pada musim hujan banyak sekali sungai-sungai kecil yang biasa kering di musim kemarau akan terisi air. Pacet atau Lintah pada musim kemarau tidak ada namun bila di musim hujan akan muncul banyak sekali. Pada waktu dan cuaca yang normal pendakian menuju puncak akan membutuhkan waktu sekitar 10 – 12 jam non stop.
Jalur Baderan
Untuk capai Desa Baderan, dari Surabaya kita menuju Probolinggo dengan bis. Kemudian diteruskan menuju Banyuwangi turun di Besuki. Dari Besuki diteruskan menuju Besa Baderan (725 m.dpl), yang jaraknya 22 km dari Besuki, dengan menggunakan angkutan umum (Rp. 1500, siang).Sebelum mendaki kita harus melapor pada petugas KSDA dan polisi setempat untuk meminta ijin dan menyiapkan air disini, karena air hanya akan kita jumpai di Sumber Air (5 jam perjalanan dari Baderan). Dari Baderan kita menuju Cemoro Panjang (2.141 m.dpl), selama 7 jam perjalanan, melewati Sumber Air (1.710 m.dpl). Hutan yang dilalui adalah hutan pinus dan hutan alam. Dari Cemoro Panjang kita menuju Alun-alun Kecil (2.040 m.dpl), kurang lebih 1 jam 15 menit, dan dilanjutkan menuju Alun-alun Besar atau yang lebih dikenal dengan Sikasur (2.500 m.dpl), selama 2 jam 45 menit.
Perjalanan 3 jam dari Cikasur kita sampai di Aeng Poteh atau persimpangan Cisentor, pertigaan Baderan – Puncak – Bremi. Turun dari puncak Argopuro, kita dapat memilih turun lewat Bremi selama 11 jam, atau kembali lewat Baderan selama 13 jam.
Sikasur, berupa padang rumput yang luas, sangat bagus untuk dijadikan camp, karena terdapat sungai kecil yang mengalir jernih dihiasi tumbuhan Selada air (penduduk setempat menyebutnya Arnong). Di Sikasur ini juga terdapat bekas lapangan terbang yang dibuat oleh A.J.M Ledeboer pada tahun 1940-an. Lapangan terbang tersebut, konon digunakan untuk kegiatan pembudidayaan rusa yang didatangkan dari luar, sisa-sisa populasi masih ada tetapi semakin berkurang.
Perjalanan akan dimulai dari desa Baderan, kendaraan angkutan desa berhenti di pertigaan ini, terdapat kantor Perhutani. Dari pertigaan ini kita berjalan menuruni jalan aspal sekitar 200 meter, kemudian berbelok ke kiri menapaki jalan yang diperkeras dengan batu. Sekitar 1 km kita akan berjumpa dengan sumber air desa, kita masih terus berjalan sekitar 1,5 km lagi menapaki jalan berbatu yang menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi dengan tanaman jagung dan tembakau.
Selanjutnya perjalanan mulai memasuki kawasan hutan yang banyak dihuni babi hutan, lutung dan aneka burung. Setelah berjalan sekitar 3 jam kita sampai di Km 4,2 dimana terdapat mata air yang sangat jernih. Di tempat ini juga terdapat tempat terbuka yang dapat digunakan untuk mendirikan tenda. Tempat ini berada di punggung bukit sehingga bila ada angin kencang akan terganggu.
Masih menyusuri hutan yang semakin lebat dan gelap, jalur menyurusi punggung dan lereng jurang yang sangat dalam. Di km 7 kita akan berjumpa dengan sungai yang kadang kering, bila hujan sungai ini akan terisi oleh air, mendaki bukit yang di tumbuhi pohon cemara, selanjutnya di km 8 menapaki padang rumput.
Jalur selanjutnya di dominasi oleh padang rumput yang pemandangannya sangat indah.
Setelah berjalan sekitar 5 jam kita akan sampai di km 15 di Cikasur, di sini terdapat sebuah lapangan datar yang sangat luas.
Dahulunya pada jaman Belanda akan dibangun sebuah lapangan terbang. Masih terdapat sisa-sisa pondasi landasan, dan sisa-sisa bangunan yang sering dipakai untuk mendirikan tenda.
Terdapat sungai yang sangat jernih, yang airnya berlimpah meskipun di musim kemarau yang di tumbuhi tanaman selada air yang begitu subur. Membuat ingin minum sepuas-puasnya dan ingin mandi menceburkan diri.
Bekas Lapangan terbang Cikasur |
Di Cikasur ini juga terdapat sebuah bangunan dari kayu yang dapat digunakan untuk berlindung dari angin dan hujan. Namun sayang kecerobohan pendaki dengan membuat api di dalam bangunan ini telah merusakkan lantai bangunan yang terbuat dari kayu.
Dari Cikasur kembali menapaki padang rumput gimbal, yakni rumput yang daun – daunnya keriting. Perjalanan di siang hari akan terasa sangat panas dan melelahkan, namun bila kita menikmati pemandangan padang rumput yang indah ini kita akan lupa semua penderitaan selama perjalanan. Di kawasan padang rumput ini rawan kebakaran sehingga harus hati-hati bila membuat api unggun.
Setelah berjalan sekitar 2 jam melewati beberapa padang rumput kita akan mendaki dua bukit yang banyak terdapat pohon-pohon sisa kebakaran hutan. Di tempat ini edelweis banyak tumbuh dan bunganya mulai bermekaran. Tempat ini pun rawan kebakaran, dan angin seringkali bertiup sangat kencang. Pohon-pohon sisa kebakaran sangat rawan tumbang, sehingga perlu hati-hati melewati jalur ini bila angin bertiup kencang.
Setibanya dipuncak bukit kita akan menyusuri lereng gunung yang berada di sisi jurang yang sangat dalam. Di sepanjang jalur ini hutan sangat lebat dan masih banyak terdapat binatang-binatang, seperti lutung dan aneka burung. Jalur ini sangat berbahaya karena rawan longsor dan pohon-pohon mudah tumbang, sementera di sisi kita jurang yang sangat dalam.
Selanjutnya kita akan tiba di ujung bukit, menuruni bukit yang sangat terjal dan menyeberangi sungai yang airnya berlimpah meskipun di musim kemarau. Kita telah sampai di Sicentor yakni pertigaan tempat pertemuan jalur baderan dan bremi yang bersatu menuju puncak. Di tempat ini kita dapat mendirikan tenda untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak. Di Sicentor terdapat sebuah bangunan dari kayu yang dapat digunakan untuk berlindung dari hujan dan angin.
Dari Sicentor perjalanan mendaki bukit melintasi padang rumput dan padang edelweiss, sekitar 1 jam perjalanan akan berjumpa dengan sungai yang kering. Setelah menyeberangi dua buah sungai kering kembali melintasi padang rumput dan padang edelweis yang sangat indah. 1 jam berikutnya akan tiba di Rawa Embik.
Untuk menuju puncak belok ke kiri, namun bila ingin beristirahat dapat mendirikan tenda di Rawa Embik. Di tempat ini terdapat sungai kecil yang selalu berair di musim kemarau. Rawa Embik berupa lapangan terbuka sehingga bila angin bertiup kencang tenda dapat bergoyang-goyang dengan keras.
Dari Rawa Embik kembali berbelok kearah kiri melintasi padang rumput, untuk menuju ke puncak yang membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Dari padang rumput berbelok ke kanan mendaki lereng terjal yang berdebu dan banyak pohon tumbang sisa kebakaran. Bila angin bertiup kencang pohon-pohon sisa kebakaran ini rawan tumbang sehingga harus berhati-hati. Tanah gembur berdebu juga rawan longsor harus berhati-hati melintasinya.
Selanjutnya sedikit turun kita akan melintasi sebuah sungai yang kering dan berbatu. Kembali mendaki bukit yang terjal, kita akan berjumpa dengan padang rumput dan padang edelweis yang sangat indah. Di depan kita nampak puncak Rengganis yang berwarna keputihan, terdiri dari batu kapur dan belerang.
Puncak gunung Argopuro adalah bekas Kawah yang sudah mati, bau belerang masih sangat terasa. Puncak ini berbentuk punden berundak semacam tempat pemujaan, punden paling bawah selebar lapangan bola di sini banyak terdapat batu-batu berserakan. Ke atas lagi selebar sekitar 10 x 10 meter, ke atas lebih kecil lagi.
Selanjutnya kita akan melintasi bekas kawah yang banyak terdapat batu-batu kapur berwarna putih dan bau belerang. Pada puncaknya terdapat sisa-sisa bangunan kuno candi tertinggi di jawa yang diyakini sebagai petilasan Dewi Rengganis.
JALUR BADERAN
Surabaya – Besuki | Bus jurusan Banyuwangi / Bondowoso | 4 jam |
Besuki – Baderan | Mobil angkutan desa | 1,5 jam |
Baderan – KM 2 | Jalan berbatu terdapat sumber air desa di Km 1,1 menyusuri Kebun tembakau dan jagung | 1,5 jam |
KM 2 – Km 4,2 | Memasuki kawasan hutan yang pohonnya jarang Km 4,2 Tempat berkemah dan terdapat Mata air 1 | 2,5 jam |
Km 4,2 – Km 8 | Kawasan hutan lebat menyurusi jurang yang sangat dalam Km 7 ada sungai kering | 3 jam |
Km 8 – Km 16 | Kawasan Padang Rumput Gimbal kadang memasuki hutan | 2 jam |
Cikasur | Terdapat sungai jernih dan lapangan luas bekas landasan pesawat jaman Belanda Tempat berkemah | |
Km 16 – Km 18 | Kawasan padang rumput | 1,5 jam |
Km 18 – Km 20 | Kawasan hutan sisa kebakaran dan padang edelweis | 1 jam |
Km 20 – Sicentor | Kawasan hutan lebat menyusuri tepian jurang dalam | 30 menit |
Sicentor | Tempat berkemah, terdapat sungai yang airnya berlimpah, pertemuan jalur Baderan, Bremi, dan Puncak | |
Sicentor – Rawa Embik | Melewati padang rumput, padang edelweis, sungai kering, padang rumput | 2 jam |
Rawa Embik | tempat berkemah dan terdapat sungai kecil | |
Rawa Embik – puncak Rengganis | Melintasi padang rumput dan lereng gunung yang rawan longsor dan pohon tumbang. | 2 jam |
Puncak Rengganis | Bekas Kawah yang sudah mati, bau belerang masih terasa. Puncak berbentuk punden berundak semacam tempat pemujaan, punden paling bawah selebar lapangan bola, ke atas selebar sekitar 10 x 10 meter, ke atas lebih kecil lagi. |
Jalur Bremi
Untuk mencapai Desa Bremi (960 m.dpl) sangat mudah karena ada bis umum yang menuju desa ini 2 (dua) kali sehari dari terminal bis Probolinggo lama, jam 06.00 pagi dan jam 12.00 siang, yang tarifnya Rp.3.500,- atau dari Terminal Bayuangga, Probolinggo naik bis atau minibus menuju Pajarakan dengan tarifnya Rp. 1500,-, karena disini ada minibus menuju Desa Bremi yang tarifnya Rp.3.500,-. Tetapi bila pergi berombongan, dari Terminal Bayuangga ada minibus yang dapat membawa kita langsung ke Bremi.Sampai di Bremi, kita harus melapor pada petugas BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Jawa Timur di Surabaya Atau bisa juga ke Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur II dengan alamat, Jl. Jawa 36, Jember 68101, telp. (0331) 85079. Di Bremi, kita harus melaporkan diri dulu di Pos Sub KSDA Pegunungan Yang Barat di Krucil, terletak 2 km sebelum Bremi. dan POLSEK Krucil di Bremi untuk meminta ijin melakukan pendakian dan usahakan pendakian kita lakukan pada pagi hari.
Selengkapnya di Pendakian Gunung Argopuro Jalur Bremi
No comments:
Post a Comment